Langsung ke konten utama

5 Notebook Terbaik di Bawah Rp5 Juta

Anda yang ingin mencari notebook baru tetapi anggaran mentok di Rp5 juta? Berikut ini kami hadirkan beberapa pilihan notebook terbaik yang dipasarkan di Indonesia, di harga Rp4 jutaan dan tak sampai menembus Rp5 juta. Apa saja?

Asus X441MA-GA102T (Rp4.999.000)
Hadir dengan prosesor Intel Pentium Quad Core N5000 berkecepatan hingga 2,7GHz, notebook ini memiliki layar LED backlit berukuran 14 inci dengan resolusi HD 1366x768. Di dalam harddisk sebesar 1TB yang terpasang di dalamnya, tersedia sistem operasi Windows 10 sehingga Anda tidak perlu lagi menginstalasikan Windows asli karena sudah termasuk di paket penjualannya. RAM-nya 4GB dan bobotnya juga hanya 1,7Kg dan masih punya DVD drive buat yang membutuhkan.


Asus X441BA-GA913T (Rp4.999.000)
Punya bentuk dan dimensi yang serupa dengan saudaranya yang diperkuat prosesor Pentium Quad Core, model ini menggunakan prosesor AMD dual core A9-9425 yang bisa bekerja kencang, hingga kecepatan 3,7GHz. RAM 4GB, Harddis 1TB dan Windows 10 juga sudah tersedia pada notebook 14 inci resolusi HD 1366x768 ini. Demikian pula dengan DVD writer. Bobotnya sedikit lebih berat yakni 1,75Kg. Tetapi ia punya VGA yang cukup bertenaga yakni Radeon R5 Graphics. Sama seperti semua notebook Asus, X441BA ataupun MA di atas punya garansi 2 tahun.

Lenovo IdeaPad IP330-14AST (Rp4.899.000)
Hadir dengan solusi AMD dual core A9-9425 berkecepatan up to 3,7GHz sama seperti varian Asus di atas, spesifikasi notebook ini pun identik. Layar 14 inci resolusi HD 1366x768, RAM 4GB DDR4 dan harddisk 1GB serta DVD RW disediakan. Demikian pula sistem operasi Windows 10. Bedanya, Lenovo berhasil membuat notebook ini lebih tipis yakni hanya 2,27cm. Tapi bobotnya sedikit lebih berat yakni 2,1Kg.

Baca juga:



Acer A314-32-P4AS (Rp4.899.000)
Solusi dari Acer yang satu ini menggunakan prosesor Intel Pentium quad core N5000 berkecepatan hingga 2,7GHz. RAM 4GB, harddisk 1TB dan grafis terintegrasi Intel UHD 605 tersedia pada notebook 14 inci dengan resolusi HD 1366x768 tersebut. Tetapi mengapa harganya bisa murah? Kemungkinan karena garansinya hanya 12 bulan, tidak 24 bulan seperti yang lain.

HP 14-BW512AU (Rp4.817.000)
Konfigurasinya sama seperti notebook 14 inci HD 1366x768 Windows 10 murah-meriah lainnya di atas. Prosesor AMD A9-9420, RAM 4GB DDR4 ditambah dengan harddisk 1TB, grafis AMD Radeon R5 lengkap dengan DVD-RW. Di antara yang lain, model ini relatif lebih tebal sedikit yakni 2,37 cm, namun baterainya cukup besar, 4-cell 41Wh dengan garansi 1 tahun saja.


Kesimpulan
Di kisaran harga hingga Rp5 juta, pilihan notebook 14 inci yang tersedia di pasaran hanyalah berbasis Intel Pentium Quad Core N5000 ataupun AMD A9-9425. RAM 4GB dan harddisk 1TB merupakan pasangan yang pasti, termasuk Windows 10 ori di dalamnya. Sekarang tinggal Anda pilih.


Kalau mau baterai lebih besar tapi dimensi sedikit lebih tebal tapi harganya lebih murah karena garansinya cuma 1 tahun, bisa pilih HP 14. Kalau mau versi Intel, bisa ambil Acer A314. Mau yang tipis, bisa pilih IdeaPad IP330. Tapi kalau ingin nyaman, garansi 2 tahun dan cuma nambah Rp100 ribu dibanding yang lain, bisa pilih Asus X441MA (kalau harus Intel) atau X441BA (untuk versi AMD).

Postingan Populer

Review Asus Vivobook Flip 14 (TP3407), Laptop Lipat Layar OLED, Baterai Awet

Dalam beberapa tahun terakhir, tipe laptop convertible semakin diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari para pelajar hingga kaum profesional. Fleksibilitas desain yang memungkinkan mode penggunaan berbeda, mulai dari mode laptop, stand, tenda hingga tablet, memberikan nilai tambah bagi pengguna dengan mobilitas tinggi. Selain itu, layar sentuh dan dukungan stylus semakin memudahkan aktivitas kreatif dan pencatatan digital, menjadikan laptop convertible pilihan ideal untuk produktivitas modern. Di sisi lain, daya tahan baterai menjadi faktor utama yang dipertimbangkan pengguna dalam memilih laptop. Dengan meningkatnya kebutuhan akan perangkat yang bisa bertahan seharian tanpa sering mengisi ulang daya, laptop dengan efisiensi daya tinggi semakin populer.  Asus Vivobook Flip 14 TP3407 hadir sebagai solusi yang menggabungkan desain convertible, layar OLED berkualitas tinggi, dan daya tahan baterai yang cukup andal. Untuk itu, mari kita sedikit mengupas apa yang ditawarkan Asus lewa...

Google PHK Ratusan Karyawan Divisi Android, Chrome dan Pixel

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda industri teknologi global. Kali ini, Google menjadi sorotan setelah memecat ratusan karyawan dari divisi Android, Chrome, dan Pixel. Keputusan ini diambil setelah perusahaan melakukan restrukturisasi internal dengan menggabungkan tim Android dan Chrome ke dalam grup Pixel and Devices di bawah pimpinan Rick Osterloh pada 2024. Dalam pernyataan resminya, Google mengonfirmasi adanya "pengurangan pekerjaan" sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menjadi lebih gesit dan efisien. Meskipun tidak dijelaskan secara rinci tim mana saja yang terdampak, Google memastikan bahwa langkah ini tidak akan memengaruhi rencana produk yang telah disiapkan untuk tahun ini. PHK kali ini bukanlah yang pertama bagi Google. Pada 2023 lalu, perusahaan induk Alphabet tersebut juga memangkas hampir 6 persen dari total tenaga kerjanya secara global. Kala itu, alasan yang disampaikan serupa: menyesuaikan skala operasional dan meningkatkan fokus k...

Perang Dagang AS vs China, Taiwan Diuntungkan

Di tengah memanasnya perang tarif antara Amerika Serikat dan China, Beijing kembali mengambil langkah strategis untuk memperkuat rantai pasok semikonduktor domestiknya. Melalui asosiasi industri semikonduktor nasionalnya, China Semiconductor Industry Association (CSIA), pemerintah China merilis kebijakan baru yang membebaskan tarif impor hingga 125 persen untuk chip yang berasal dari Taiwan. Kebijakan ini diumumkan lewat pemberitahuan resmi yang beredar di media lokal. Dalam aturan tersebut, China akan menentukan country of origin untuk produk semikonduktor, khususnya untuk chip yang masih dalam bentuk packaged maupun unpackaged.  Dengan kebijakan ini, perusahaan-perusahaan yang mengandalkan chip dari luar AS, terutama dari Taiwan, akan terbebas dari potensi tarif tinggi yang sebelumnya mengancam. Langkah ini dinilai sebagai upaya China untuk mempertahankan dominasinya dalam rantai pasok global sekaligus menarik produsen chip tetap beroperasi di dalam negeri. Raksasa teknologi sepe...

Peneliti Kembangkan Permen Karet Penangkal Flu dan Herpes

Di tengah meningkatnya ancaman penyakit menular global, mulai dari COVID-19, H1N1, SARS, Ebola, Zika, hingga flu burung H5N1, penyakit virus umum seperti flu musiman dan herpes juga terus membebani sistem kesehatan dan ekonomi dunia.  Di Amerika Serikat saja, flu musiman menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari $11,2 miliar per tahun. Sementara itu, virus herpes simpleks-1 (HSV-1), yang menyebar terutama melalui kontak oral, menginfeksi lebih dari dua pertiga populasi dunia dan merupakan penyebab utama kebutaan infeksius di negara-negara Barat. Sayangnya, tingkat vaksinasi flu masih rendah, dan belum tersedia vaksin untuk HSV. Karena itu, diperlukan pendekatan baru yang menargetkan penurunan viral load di lokasi utama penularan, yaitu rongga mulut. Menjawab tantangan ini, para peneliti dari School of Dental Medicine University of Pennsylvania dan kolaborator dari Finlandia mengembangkan permen karet dari kacang Lablab purpureus yang mengandung protein antiviral alami bernama FRIL. S...

Tarif Baru AS Guncang Industri Teknologi Eropa

Presiden Donald Trump kembali memicu ketegangan dagang global dengan menerapkan tarif 20 persen untuk impor teknologi dari Uni Eropa, dua kali lipat dari tarif untuk Inggris dan hanya sedikit lebih ringan dari tarif 32 persen untuk Swiss.  Langkah ini langsung mengguncang ekosistem teknologi Eropa, dari produsen perangkat keras hingga startup berbasis layanan. Perusahaan teknologi memperingatkan dampak besar, mulai dari gangguan rantai pasokan, lonjakan biaya produksi, hingga potensi mandeknya aliran modal ventura. Louis Fearn dari InMotion Ventures menyebut kebijakan ini memaksa banyak startup untuk mengevaluasi kembali lokasi kantor pusat mereka dan mencari pasar alternatif. Bagi perusahaan seperti HappyOrNot asal Finlandia yang mengandalkan pasar AS untuk setengah dari pendapatannya, dampaknya sangat terasa. CEO Miika Mäkitalo bahkan mempertimbangkan memindahkan produksi ke Amerika Serikat. Bahkan startup yang tidak menjual produk fisik ikut terdampak. CEO fintech Okoora asal Sw...