Saat ini wabah Corona dan himbauan Work from Home ataupun Learn from Home seperti saat ini, Aplikasi Zoom memang semakin banyak yang menggunakan. Bahkan, sejumlah pejabat pemerintah menggunakan Zoom untuk berkomunikasi dengan jajaran terkait untuk berkoordinasi.
Meski banyak digunakan, Zoom bukan tanpa masalah. Kabarnya, Zoom dilaporkan telah menghadapi beberapa isu terkait keamanan penggunanya. Layanan konferensi video itu secara tidak sengaja mengekspos alamat email pribadi dan foto-foto ribuan orang.
Sejumlah laporan yang meliputi investigasi, posting blog, dan threads Twitter mengungkapkan, perusahaan pengembangnya kini menghentikan development fitur baru dan fokus untuk mencurahkan semua sumber daya teknisnya untuk memperbaiki masalah privasi dan keamanan.
Beberapa langkah lain, Zoom memperbaiki software installer mereka untuk MacOS. Mereka juga sedang menghapus fitur tautan dengan profil LinkedIn pengguna tanpa persetujuan mereka, dan menambal kerentanan Windows.
Untungnya, Zoom juga berkomitmen transparan dalam menjalankan proses tersebut. Salah satu upaya transparansi dengan hosting webinar mingguan untuk memperbarui pengguna tentang kemajuan perusahaan dan berkomitmen untuk terbuka dan jujur dengan pengguna dalam proses memperkuat platformnya.
Baca Juga:
Sejauh ini, pihak Zoom telah merespons baik keinginan para penggunanya yang mulai meningkat drastis sejak Maret 2020. Menurut data, pada Desember 2019, Zoom hanya memiliki 10 juta pengguna harian, dan melonjak mencapai 200 juta pengguna harian pada Maret 2020.
Meski terus ditingkatkan, sistem keamanan Zoom masing mengandalkan protokol Transport Layer Security (TLS). Berikut ini 5 daftar bahaya yang mengintai pengguna Zoom:
Pertama, Buka Webcam. Pengguna Zoom ketahuan menginstal server web rahasia dalam laptop Mac pengguna. Sayangnya, Zoom gagal menghapus server tersebut saat pengguna telah menghapus aplikasi Zoom di komputernya. Akibatnya, Apple ikut turun tangan mengatasi hal ini.
Kedua, Kirim Data ke Facebook. Zoom juga dikabarkan diam-diam mengirimkan data ke Facebook tanpa sepengetahuan pengguna. Data tetap dikirim sekalipun pengguna tak punya akun Facebook. Padahal, aplikasi itu tidak membeberkan akan melakukan praktik berbagi data kepada Facebook dalam kebijakan privasinya.
Setelah aplikasi diunduh dan digunakan di ponsel atau tablet, aplikasi Zoom bakal terhubung ke Facebook Graph API. Kebijakan privasi Zoom tidak menjelaskan soal jenis pembagian data tersebut. Perusahaan itu hanya mengatakan berbagi data dengan pihak ketiga tanpa menyebutkan nama Facebook secara khusus.
Ketiga, Lacak Pengguna. Zoom juga sempat dikritik karena fitur pelacakan peserta rapat. Saat diaktifkan, host atau penggelar rapat dapat memeriksa apakah peserta menjauh dari laptop selama panggilan.
Keempat, Instal Otomatis Seperti Malware. Seorang peneliti keamanan menemukan bahwa Zoom bisa menginstal aplikasi di Mac tanpa interaksi pengguna. Teknik tanpa interaksi ini juga digunakan oleh malware di macOS.
Kelima, Zoombombing. Isu ini adalah serangan yang dilancarkan hacker berupa gangguan dari luar yang membajak konferensi video dengan mengirim gambar-gambar tidak senonoh atau ujaran kebencian disertai ancaman.
Saat ini Zoom menyebutkan tengah memperbaiki celah keamanan aplikasi buatannya. Mudah-mudahan mereka segera mampu mengatasi masalah-masalah tersebut, merilis update terhadap software-nya dan membuat kita bisa Work from Home dengan aman.
Meski banyak digunakan, Zoom bukan tanpa masalah. Kabarnya, Zoom dilaporkan telah menghadapi beberapa isu terkait keamanan penggunanya. Layanan konferensi video itu secara tidak sengaja mengekspos alamat email pribadi dan foto-foto ribuan orang.
Sejumlah laporan yang meliputi investigasi, posting blog, dan threads Twitter mengungkapkan, perusahaan pengembangnya kini menghentikan development fitur baru dan fokus untuk mencurahkan semua sumber daya teknisnya untuk memperbaiki masalah privasi dan keamanan.
Beberapa langkah lain, Zoom memperbaiki software installer mereka untuk MacOS. Mereka juga sedang menghapus fitur tautan dengan profil LinkedIn pengguna tanpa persetujuan mereka, dan menambal kerentanan Windows.
Untungnya, Zoom juga berkomitmen transparan dalam menjalankan proses tersebut. Salah satu upaya transparansi dengan hosting webinar mingguan untuk memperbarui pengguna tentang kemajuan perusahaan dan berkomitmen untuk terbuka dan jujur dengan pengguna dalam proses memperkuat platformnya.
Baca Juga:
- Zoom Meetings, Aplikasi Gratis untuk Video Conferencing
- Teleconference Saat Work From Home? Ini Aplikasinya
- CloudX, Aplikasi Telekonferensi Alternatif Zoom Meetings dari Telkomsel
Sejauh ini, pihak Zoom telah merespons baik keinginan para penggunanya yang mulai meningkat drastis sejak Maret 2020. Menurut data, pada Desember 2019, Zoom hanya memiliki 10 juta pengguna harian, dan melonjak mencapai 200 juta pengguna harian pada Maret 2020.
Meski terus ditingkatkan, sistem keamanan Zoom masing mengandalkan protokol Transport Layer Security (TLS). Berikut ini 5 daftar bahaya yang mengintai pengguna Zoom:
Pertama, Buka Webcam. Pengguna Zoom ketahuan menginstal server web rahasia dalam laptop Mac pengguna. Sayangnya, Zoom gagal menghapus server tersebut saat pengguna telah menghapus aplikasi Zoom di komputernya. Akibatnya, Apple ikut turun tangan mengatasi hal ini.
Kedua, Kirim Data ke Facebook. Zoom juga dikabarkan diam-diam mengirimkan data ke Facebook tanpa sepengetahuan pengguna. Data tetap dikirim sekalipun pengguna tak punya akun Facebook. Padahal, aplikasi itu tidak membeberkan akan melakukan praktik berbagi data kepada Facebook dalam kebijakan privasinya.
Setelah aplikasi diunduh dan digunakan di ponsel atau tablet, aplikasi Zoom bakal terhubung ke Facebook Graph API. Kebijakan privasi Zoom tidak menjelaskan soal jenis pembagian data tersebut. Perusahaan itu hanya mengatakan berbagi data dengan pihak ketiga tanpa menyebutkan nama Facebook secara khusus.
Ketiga, Lacak Pengguna. Zoom juga sempat dikritik karena fitur pelacakan peserta rapat. Saat diaktifkan, host atau penggelar rapat dapat memeriksa apakah peserta menjauh dari laptop selama panggilan.
Keempat, Instal Otomatis Seperti Malware. Seorang peneliti keamanan menemukan bahwa Zoom bisa menginstal aplikasi di Mac tanpa interaksi pengguna. Teknik tanpa interaksi ini juga digunakan oleh malware di macOS.
Kelima, Zoombombing. Isu ini adalah serangan yang dilancarkan hacker berupa gangguan dari luar yang membajak konferensi video dengan mengirim gambar-gambar tidak senonoh atau ujaran kebencian disertai ancaman.
Saat ini Zoom menyebutkan tengah memperbaiki celah keamanan aplikasi buatannya. Mudah-mudahan mereka segera mampu mengatasi masalah-masalah tersebut, merilis update terhadap software-nya dan membuat kita bisa Work from Home dengan aman.