Teleskop Hubble merupakan teleskop milik NASA yang telah meluncur ke luar angkasa semenjak tahun 1990 lalu. Meski sudah berumur, teleskop ini tetap dijaga keutuhannya oleh para ilmuwan dan astronot hingga sekarang.
Diperkirakan, teleskop Hubble sendiri akan sanggup bertahan sampai dengan tahun 2030-2040 mendatang.
Misi dari teleskop tersebut adalah mengobservasi benda-benda langit dan kejadian-kejadian yang berlangsung di luar angkasa. Misalnya seperti ledakan supernova, munculnya backhole, tabrakan antar bintang, tabrakan antar galaksi dan kejadian dahsyat lainnya.
Proses Bersatunya Galaksi Yang Ditangkap Oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble. Gambar ini merupakan hasil pewarnaan dari hasil survei HiPEEC yang dilakukan oleh NASA. |
Orbit teleskop Hubble sendiri berada di luar distorsi atmosfer bumi. Ini memungkinkannya untuk menangkap
gambar resolusi sangat tinggi dengan cahaya latar jauh lebih rendah
daripada teleskop berbasis darat di permukaan Bumi.
Sebelumnya, teleskop Hubble juga telah berhasil merekam beberapa gambar cahaya tampak paling rinci dan memberikan pandangan tentang keadaan di luar angkasa.
Yang menarik, baru-baru
ini teleskop Hubble berhasil menangkap momen penggabungan galaksi,
bahkan terdapat enam penggabungan galaksi yang berhasil diamati.
Peristiwa penggabungan galaksi sendiri sangat jarang teramati. Seperti diketahui, galaksi kerap mengalami perubahan dramatis dalam penampilan dan konten bintangnya. Momen ini tentu saja berguna untuk melacak pembentukan gugus bintang dalam kondisi fisik yang ekstrim dalam sebuah galaksi.
Kita ambil contoh. Inti dari galaksi Bima Sakti biasanya membentuk gugus bintang dengan massa 10 ribu kali
massa Matahari di tata surya kita. Namun angka ini tidak sebanding dengan massa gugus
bintang inti yang terbentuk di galaksi yang bertabrakan. Angkanya dapat mencapai
jutaan kali massa Matahari Tata Surya.
Sistem bintang pada pada
inti galaksi ini juga sangat bercahaya. Bahkan setelah tabrakan, ketika
sistem galaksi yang dihasilkan mulai memudar ke fase yang lebih diam,
gugus bintang yang sangat masif dalam inti galaksi tetap bersinar di
seluruh galaksi induknya, sebagai saksi jangka panjang dari peristiwa
penggabungan di masa lalu.
Baca juga:
- Kecepatan Fiber Optik Masa Depan, 100 Kali Lipat Lebeih Cepat
- Suhu Temperatur Alam Semesta Ternyata Semakin Panas
- Apakah Bumi Sarang Mahluk Hidup Terbaik di Alam Semesta?
Dengan mempelajari enam penggabungan
galaksi yang ditunjukkan dari hasil survei Hubble imaging Probe of
Extreme Environments and Clusters (HiPEEC), peneliti telah menyelidiki
bagaimana gugus bintang dipengaruhi selama tabrakan oleh perubahan cepat
yang secara drastis meningkatkan laju pembentukan bintang-bintang baru
di galaksi-galaksi ini.
Penampakan Penggabungan Galaksi |
Kemampuan teleskop Hubble telah
memungkinkan untuk mengamati 'simpul' pembentuk bintang besar menjadi
banyak gugus bintang muda yang kompak di luar angkasa.
Pengamatan ultraviolet dan inframerah yang digunakan oleh teleskop Hubble saat ini telah digunakan untuk mendapatkan umur, massa, dan kepunahan gugus bintang dan menganalisis laju pembentukan bintang dalam penggabungan enam galaksi yang teramati.
Studi HiPEEC mengungkapkan bahwa populasi
gugus bintang mengalami variasi sifat yang besar dan cepat, dengan gugus
paling masif terbentuk menjelang akhir fase penggabungan berlangsung.