Langsung ke konten utama

Cek Sebelum Beli, Perbedaan Nokia G10 dan Nokia C10

Smartphone seri Nokia G10 dan Nokia C10 sudah dirilis secara global pada April 2021 lalu. Keduanya tentu memiliki beberapa perbedaan dan juga persamaan. 

Sebagai contoh, persamaannya adalah ukuran layarnya yang sama-sama 6,52 inci dengan resolusi 720x1600 piksel. Keduanya juga menggunakan layarnya IPS LCD, menjanjikan sudut pandang baik, tampilan layar yang jelas dan daya baterai yeng lebih rendah.


Selain persamaan Nokia G10 dan Nokia C10 memiliki beberapa perbedaan. Apa saja?

Nokia G10 dan Nokia C10

Selain tampilan yang cukup bebeda, beberapa spesifikasi lain dari kedua smartphone ini pun berbeda. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan kedua smartphone Nokia tersebut, mari kita telaah lebih lanjut.


1. Prosessor dan Kartu Garfis

Prosessor kedua smartphone Nokia ini berbeda. Nokia G10 didukung dengan prosessor MediaTek Helio G25 25 nanometer dengan empat inti Cortex-A53 melaju hingga 2.0 GHz dan empat buah Cortex-A53 dengan kecepatan 1.5 GHz. Nokia G10 menghadirkan kartu grafis PowerVR GE8320.

Sedangkan untuk Nokia C10 hadir dengan prosesor Unisoc SC7331E 28 nanometer dengan CPU Quad-Core dan Cortex-A7 1,3 GHz dengan kartu grafis Mali-400 MP2 untuk menunjang visual smartphone.

Selain prosessor dan kartu grafis, kedua smartphone ini berjalan di sistem operasi yang berbeda. Nokia G10 memiliki sistem Android 11, sedangkan untuk C10 berjalan di sistem Android 11 Go Edition yang lebih ringan.

2. Sensor

Nokia G10 memiliki sensor yang lebih banyak dibandingkan Nokia C10. G10 memiliki tiga buah sensor, di antaranya adalah pemindai sidik jari, akselerator dan proksimiti. Sedangan C10 hanya memiliki akselerator ddan proksimiti sedangkan fitur finger print tidak tersedia.

3. Kamera

Konfigurasi dan resolusi kedua kamera Nokia ini disuguhkan berbeda. Kamera dari Nokia G10 memiliki resolusi 8MP dengan jumlah piksel 1080 30fps untuk kamera depan. Untuk kamera belakang, Nokia G10 disisipi tiga sensor kamera yang terdiri dari 13MP untuk kamera utama, 2MP untuk kamera makro dan 2 MP untuk kamera deep.

Nokia C10 hadir dengan sensor kamera 5MP dengan jumlah piksel 720p untuk kamera depannya. Sedangkan kamera belakang C10 memiliki kamera utaa 5MP saja.

Nokia C10

4. Baterai

Nokia G10 ditanami baterai Li-Po yang berdaya 5.050 mAh. Sementara, Nokia C10 masih memakai baterai Li-Ion 3.000 mAh namun dengan kelebihan sistem lepas-pasang.

Bukan hanya baterai yang berbeda, Nokia G10 mempunyai sistem pengisian daya yang kecepatannya hingga 10W. Sedihnya teknologi pengisian cepat ang sama tidak disematkan pada Nokia C10, dengan demikian pengguna sepertinya harus lebih sabar untuk menunggu baterai perangkat terisi penuh.


Baca juga:

 

5. Konektivitas

Pada aspek konektivitas, di sisi fitur USB, Nokia G10 telah merancang port untuk dapat dihubungkan dengan USB Type-C 2.0 dan USB On-The-Go. Sedangkan, Nokia C10 mempunyai port yang hanya dikhususkan untuk microUSB 2.0.

Nokia G10 menghadirkan teknologi Bluetooth versi 5.0 yang diklaim punya jangkauan lebih luas dan kecepatan transfer lebih cepat maksimal hingga 2 Mbps. Berbeda dengan Nokia C10 yang harus ikhlas karena teknologi Bluetooth-nya masih memakai versi 4.0, kecepatan komunikasinya tidak jauh lebih cepat dari edisi di atasnya. 

Pada sistem navigasi, Nokia G10 berkolaborasi dengan tiga perusahaan antara lain A-GPS dari Amerika, GLONASS garapan Rusia, dan BDS besutan Tiongkok. Sedangkan, Nokia C10 memilih untuk memfokuskan sistem navigasi pada satu perusahaan saja yaitu A-GPS.


Selain perbedaan yang disebutkan di atas, harga dari kedua smartphone ini pun berbeda. Nokia G10 dibandrol harga 10 Euro atau setara Rp.2,4 jutaan. Sedangkan untuk Nokia C10 memiliki harga 75 Euro atau setara dengan Rp.1,3 jutaan, harga yang cukup terjangkau. 

Sekian beberapa perbedaan di antara kedua smartphone Nokia yang mirip namanya tersebut. Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda yang sedang mempertimbangkan untuk memilih salah satu dari dua smartphone bersaudara tersebut.

Postingan Populer

Review Asus Vivobook Flip 14 (TP3407), Laptop Lipat Layar OLED, Baterai Awet

Dalam beberapa tahun terakhir, tipe laptop convertible semakin diminati oleh berbagai kalangan, mulai dari para pelajar hingga kaum profesional. Fleksibilitas desain yang memungkinkan mode penggunaan berbeda, mulai dari mode laptop, stand, tenda hingga tablet, memberikan nilai tambah bagi pengguna dengan mobilitas tinggi. Selain itu, layar sentuh dan dukungan stylus semakin memudahkan aktivitas kreatif dan pencatatan digital, menjadikan laptop convertible pilihan ideal untuk produktivitas modern. Di sisi lain, daya tahan baterai menjadi faktor utama yang dipertimbangkan pengguna dalam memilih laptop. Dengan meningkatnya kebutuhan akan perangkat yang bisa bertahan seharian tanpa sering mengisi ulang daya, laptop dengan efisiensi daya tinggi semakin populer.  Asus Vivobook Flip 14 TP3407 hadir sebagai solusi yang menggabungkan desain convertible, layar OLED berkualitas tinggi, dan daya tahan baterai yang cukup andal. Untuk itu, mari kita sedikit mengupas apa yang ditawarkan Asus lewa...

Microsoft Tunda Proyek Data Center, Termasuk di Indonesia

Microsoft dikabarkan menunda berbagai proyek pembangunan pusat data di beberapa wilayah dunia, termasuk Indonesia, Inggris, Australia, dan sejumlah negara bagian di AS. Langkah ini disebut sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap rencana ekspansi pusat data untuk mendukung layanan cloud dan kecerdasan buatan (AI). Sebagai pemimpin dalam layanan AI berkat kemitraannya dengan OpenAI, keputusan Microsoft menjadi sorotan para investor. Mereka mempertanyakan apakah langkah ini mencerminkan tantangan konstruksi seperti pasokan daya dan material, atau justru menandakan penurunan permintaan layanan AI. Beberapa proyek yang ditunda termasuk pengembangan di Jakarta dan ekspansi di Wisconsin, lokasi yang sebelumnya dikunjungi Presiden AS Joe Biden. Di Inggris, Microsoft juga menghentikan negosiasi untuk menyewa pusat data yang dirancang untuk chip AI Nvidia. Sementara itu, di North Dakota, pembicaraan Microsoft dengan penyedia fasilitas juga gagal mencapai kesepakatan. Microsoft mengakui ...

Tarif Impor Aluminium Jadi 25%. Harga GPU dan Casing PC Terancam Naik

Pengenaan tarif impor aluminium sebesar 25% oleh Presiden Donald Trump menimbulkan kekhawatiran dalam industri perangkat keras PC. Kebijakan ini berpotensi menaikkan harga kartu grafis dan casing desktop, memperburuk kondisi pasar yang sudah sensitif terhadap inflasi. Sebagai gambaran, aluminium merupakan material utama dalam pembuatan casing PC dan berbagai komponen GPU. Dengan meningkatnya biaya produksi akibat tarif baru ini, harga ritel diperkirakan akan naik.  Kekhawatiran akan naiknya harga tersebut pertama kali muncul di forum Reddit, di mana seorang pengguna mengklaim bahwa tarif tambahan membuat biaya impor GPU pusat data melonjak. Namun, unggahan tersebut segera dihapus oleh moderator. Di sisi lain, CEO Falcon Northwest, Kelt Reeves, mengonfirmasi bahwa perusahaannya telah merasakan dampak tarif baru tersebut. “Kami mengira tarif hanya berlaku untuk aluminium mentah dan baja, bukan produk jadi seperti casing PC,” ujar Reeves. Kebijakan ini ternyata juga mencakup produk tu...

TSMC Memulai Era 2nm dengan Teknologi Gate-All-Around Nanosheets

Taiwan Semiconductor Manufacturing Company secara resmi meresmikan pembangunan Fab 22 di Kaohsiung. Fab baru ini merupakan bagian dari investasi besar senilai $45 miliar untuk memperkenalkan era chip kelas 2nm.  Langkah tersebut menandai transisi dari teknologi FinFET ke gate-all-around (GAA) nanosheets yang menjanjikan peningkatan performa dan efisiensi daya. Bersama dengan peresmian pembangunan fabrikasi baru tersebut, pesanan untuk proses N2 resmi dibuka, dengan Apple sebagai pelanggan pertama yang mengadopsi teknologi tersebut. Namun, untuk tahun ini, teknologi backside power delivery network (BPDN) belum akan diterapkan.  TSMC baru akan memperkenalkan versi mereka, yang disebut "Super Power Rail," pada proses 1.6nm di tahun 2026. Saat itu, persaingan dengan Intel semakin ketat, terutama dengan hadirnya teknologi PowerVia pada proses 18A milik Intel. Fab 22 sendiri akan bekerjasama dengan Fab 20 di Baoshan untuk memproduksi wafer N2. Perkiraan kapasitas produksi pada akhi...

Panther Lake: Platform CPU Baru Intel dengan Chiplet GPU Hadir di 2026

Intel tengah bersiap meluncurkan platform CPU terbaru, Panther Lake, dengan target rilis pada paruh kedua 2025 dan ketersediaan luas di awal 2026. Platform ini dibangun di atas proses fabrikasi 18A, yang menjadi langkah besar pertama Intel setelah Intel 3.  Kabarnya, produksi massal di jalur 18A dijadwalkan akan dimulai di tahun ini, sebagai upaya Intel untuk membuktikan eksistensinya di industri semikonduktor. Panther Lake dikabarkan akan menggabungkan enam P-Core Cougar Cove dan delapan E-Core Skymont, dengan TDP bervariasi antara 15 hingga 45 watt untuk perangkat mobile. Salah satu inovasi terbesar adalah penggunaan GPU terintegrasi dengan arsitektur chiplet, yang menampilkan 12 inti Xe3 “Celestial,” menandai ambisi besar Intel dalam grafis terintegrasi. CPU ini akan menggunakan konfigurasi lima die, mencakup compute tile, GPU tile, serta modul untuk IO, kontrol SoC, dan satu dummy slice untuk menjaga simetri desain. Panther Lake dirancang sebagai kombinasi dari dua generasi seb...