Kabar gembira bagi para penggemar Bitcoin. Dalam sebuah siaran pers, Energy Harbor Corp., perusahaan pembangkit listrik tenaga fosil dan nuklir telah menandatangani Kerjasama dengan Standard Power, penyedia layanan mining Bitcoin.
Kerjasama ini akan mulai dilaksanakan pada Desember 2021 mendatang. Standard Power akan mengonversi pabrik kertas yang sudah tidak digunakan di Kawasan Coshocton, Ohio menjadi fasilitas mining yang menggunakan energi dari pembangkit listrik miliki Energy Harbor.
Dikutip dari The Block Crypto, Maxim Serezhin, CEO dari Standard Power menyebutkan, bekerjasama dengan Energy Harbor memungkinkan mereka merestrukturisasi kemampuan hosting mereka dan memastikan 100 persen energi yang digunakan di fasilitasnya bebas karbon.
Bitcoin sendiri mendapatkan sorotan tajam terkait dampak lingkungan setelah mata uang crypto ini mencapai titik tertingginya di tahun ini. Sebagai contoh, Tesla, perusahaan pembuat mobil elektronik besutan Elon Musk menyatakan, mereka menerima pembayaran pembelian mobilnya dengan Bitcoin.
Namun demikian, akibat isu energi fosil yang tidak ramah lingkungan, dua bulan kemudian Tesla menghentikan transaksi menggunakan Bitcoin.
Sayangnya, upaya untuk mengombinasikan antara bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan bukanlah hal yang mudah.
Di sisi lain, energi nuklir merupakan energi yang bersih dari carbon. Berbeda dengan membakar karbon yang ditemukan pada fosil tumbuhan dan hewan, pembangkit listrik tenaga nuklir memecahkan atom uranium untuk memutar turbin generator uap untuk mendapatkan energi.
Departemen Energi Amerika Serikat sendiri menyatakan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir sanggup menghasilkan energi secara rata-rata sebesar 1 gigawatt. Bahkan salau satu pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Palo Verde, Arizona, Amerika Serikat sanggup menghadirkan energi sebesar 3,99 gigawatt.
Baca juga:
- StormGain, Aplikasi Cloud Mining Lewat Hape
- Freemining.co, Free Mining Bitcoin Scam Alias Tipu-Tipu
- Apa Itu Libra Mata Uang Crypto dari Facebook?
Sayangnya, di luar kerjasama antara Energy Harbor dan Standard Power, energi nuklir tampaknya bukan pilihan populer untuk upaya penambangan Bitcoin yang ramah lingkungan. Contohnya, Ukraina.
Negara tersebut telah mempertimbangkan untuk memanfaatkan sisa energi nuklir mereka untuk mining Bitcoin selama beberapa tahun terakhir. Namun langkah tersebut belum juga terealisir.
Salah satu alasan jarangnya penggunaan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk memasok energi pertambangan Bitcoin adalah mahalnya biaya investasi awal. Sebagai gambaran, menurut Wall Street Journal, project pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Waynesboro, Georgia, Amerika Serikat membutuhkan biaya lebih dari 25 miliar dollar AS.
Luar biasa sekali bukan?