Saat membayangkan bahan pakaian seperti baja atau kevlar, Anda mungkin mendapatkan kesan bahwa bahan tersebut tangguh, tahan lama, dan kuat bukan?
Kalau yang belum tahu, kevlar adalah bahan yang digunakan untuk membantu membuat rompi anti peluru sekaligus pakaian yang tahan terhadap luka. Biasanya digunakan oleh aparat polisi atau tentara.
Tak hanya itu, bahan ini juga digunakan di beberapa peralatan olahraga karena tahan lama. Tetapi pada saat yang sama, bahan ini pun terasa ringan.
Sekarang coba Anda bayangkan jaring laba-laba. Jaring tersebut sangat mudah untuk dirusak karena benangnya tipis bukan?
Namun siapa sangka jika benang laba-laba, secara molekuler menunjukan bahwa setiap helai jaring terbuat dari benang nano yang disusun secara paralel. Hebatnya, ia bisa menahan lima kali lebih banyak beban dibandingkan besi dengan ukuran yang sama. Kenapa bisa begitu?
Terinspirasi dari benang laba-laba, para peneliti di Universitas Washington, St. Louis, Amerika Serikatm engembangkan sutra laba-laba buatan yang diklaim bisa lebih kuat dari baja dan bahkan lebih keras dari kevlar.
Dalam beberapa kasus, mungkin sebenarnya benang buatan ini lebih keras daripada beberapa sutra laba-laba yang diproduksi secara alami.
Tiruan benang laba-laba yang lebih kuat dari besi dan kevlar |
Sebenarnya, para peneliti sendiri telah bekerja dengan benang laba-laba. Tetapi selama proses tersebut, mereka bertanya-tanya apakah mereka dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik menggunakan teknik biologi sintetis.
Baca juga:
- Health Cara Belajar Optimal, Istirahat Sejenak Supaya Pintar
- Remote Control untuk Transfer Gen, Memang Ada?
- Long Hauler Covid', Efek Jangka Panjang Setelah Sembuh Covid-19
Yang jadi masalah, salah satu problem yang peneliti hadapi sejak awal adalah produksi beta-nanocrystals atau bahan alami yang diproduksi laba-laba untuk menghasilkan benang.
Tindakan yang secara naluriah, seperti berapa banyak zat yang harus ditambahkan oleh laba-laba selama proses pemintalan, merupakan sesuatu hal yang sangat sulit dipahami oleh manusia.
Namun kemudian, peneliti akhirnya menemukan solusi untuk masalah tersebut dengan memperkenalkan sekuens amiloid yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk membentuk beta-nanocrystals.
Ketika diperkenalkan ke bakteri, ternyata bakteri yang bersangkutan mampu menghasilkan protein amiloid polimer hibrid dengan 128 unit berulang yang menghasilkan serat yang memiliki kekuatan tarik pamungkas rata-rata 1.000 megapascal.
Intina, serat laba-laba tiruan buatan para peneliti tersebut mungkin saja bisa digunakan untuk rompi tahan peluru atau kebutuhan lainnya di masa mendatang.