Nvidia diperkirakan akan meraih pendapatan sekitar $12 miliar dari penjualan GPU AI terbaru mereka, HGX H20, ke pasar China. Meski dibatasi oleh aturan ekspor ketat dari Departemen Perdagangan AS, permintaan akan produk ini tetap tinggi.
Financial Times melaporkan bahwa Nvidia berencana mengirim lebih dari satu juta unit HGX H20 ke China, jauh melebihi perkiraan penjualan prosesor AI Huawei Ascend 910B yang hanya mencapai 550.000 unit pada 2024.
HGX H20 dijual seharga antara $12.000 hingga $13.000 per unit, menawarkan performa tangguh dengan 296 INT8 TOPS/FP8 TFLOPS, memori HBM3 96 GB, dan bandwidth memori hingga 4.0 TB/s.
Meskipun spesifikasinya lebih rendah dibandingkan H100, HGX H20 tetap unggul dalam aplikasi praktis berkat kinerja memori yang lebih baik. Dylan Patel dari SemiAnalysis mencatat bahwa performa ini membuat HGX H20 menjadi pesaing kuat bagi prosesor AI entry-level lainnya.
Sebagian besar perusahaan AI di China menggunakan platform CUDA dari Nvidia, membuat transisi ke teknologi Huawei menjadi mahal dan memakan waktu. Dengan dukungan penuh untuk platform CUDA, HGX H20 menjadi pilihan utama bagi banyak perusahaan dan aplikasi di China.
Pembatasan ekspor AS bertujuan membatasi akses China terhadap prosesor AI yang kuat karena alasan keamanan nasional dan persaingan ekonomi. Pembatasan ini berdampak signifikan pada bisnis Nvidia di China, menurunkan pangsa pendapatan mereka dari wilayah tersebut dari 22% menjadi hanya 9%.
Namun, meskipun ada penurunan penjualan secara berurutan sebelum peluncuran HGX H20, pendapatan Nvidia dari China meningkat lebih dari 50% year-on-year menjadi $2,5 miliar pada kuartal terakhir.
Adaptasi strategis Nvidia terhadap kontrol ekspor AS dengan memperkenalkan prosesor H20 mencerminkan upaya mereka untuk mempertahankan kehadiran di pasar China. Para analis memperkirakan perusahaan-perusahaan China akan menyambut HGX H20 dengan antusias.