Cliff Hou, Senior Vice President TSMC, mengimbau Taiwan agar meningkatkan investasi dalam teknologi chip dan memperluas rantai pasok demi mempertahankan posisinya sebagai pemimpin semikonduktor dunia.
Pernyataan Hou tersebut diutarakan setelah Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS. Seperti diketahui, kemenangan Trump memunculkan kekhawatiran akan berkurangnya dukungan AS terhadap Taiwan.
Hou menekankan pentingnya riset dan pengembangan untuk menjaga status Taiwan dalam rantai pasokan semikonduktor global. "Kita perlu mempercepat R&D untuk mempertahankan posisi sebagai anggota penting dalam rantai pasokan semikonduktor dunia," ujar Hou, yang juga menjabat sebagai Chairman of the Taiwan Semiconductor Industry Association.
Saat ini, TSMC tengah bekerja sama dengan pemerintah Taiwan untuk menjalin kemitraan baru dengan perusahaan asing, dalam rangka membangun pusat desain dan material di Taiwan. Negara ini telah menjadi pusat industri teknologi global, meski diwarnai ketegangan dengan Tiongkok, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya.
Sebagai gambaran, perubahan kepemimpinan di AS menyusul terpilihnya Trump dapat berdampak pada posisi internasional Taiwan. Trump sebelumnya pernah menuntut Taiwan untuk membayar “uang perlindungan” kepada AS untuk dukungan keamanan. Berbeda dengan Biden yang menunjukkan dukungan lebih jelas terhadap Taiwan.
Hou, yang telah bekerja di TSMC hampir tiga dekade, juga mendorong Taiwan memperdalam keahlian di bidang peralatan dan material, sektor yang saat ini banyak dikuasai perusahaan asing.
Meskipun ada perubahan politik di AS, Hou optimistis bahwa kemitraan jangka panjang Taiwan dan AS dalam industri semikonduktor akan tetap solid, dengan keyakinan kerja sama ini tidak akan terpengaruh oleh dinamika politik terbaru.
Trump sendiri tidak suka dengan dominasi Taiwan di pasar semikonduktor. Dalam sebuah interview beberapa waktu lalu, ia menyebutkan bahwa industri chip Taiwan telah "mencuri 95 persen dari bisnis milik AS". Pada podcast Joe Rogan, Oktober lalu, Trump menyatakan bahwa ini merupakan dampak dari para "politisi bodoh" dan ia juga mengklaim bahwa dalam masa kepemimpinan pertamanya, ia telah melindungi Taiwan dari China.