Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DoJ) mengajukan proposal untuk menjual peramban web Chrome milik Alphabet. Jika disetujui oleh hakim federal, langkah ini dapat menghasilkan hingga $20 miliar bagi pemilik baru Chrome, yang memiliki lebih dari 3 miliar pengguna aktif bulanan.
Proposal ini muncul setelah hakim Amit Mehta memutuskan pada Agustus bahwa Google telah secara ilegal memonopoli pasar pencarian daring. DoJ dan sejumlah negara bagian yang terlibat dalam kasus ini berencana merekomendasikan perubahan signifikan, termasuk persyaratan lisensi data yang dapat merombak pasar pencarian daring dan industri kecerdasan buatan (AI).
Chrome merupakan komponen penting dari bisnis iklan Google. Dengan peramban ini, Google dapat mengumpulkan data dari aktivitas pengguna untuk menargetkan iklan secara lebih efektif. Selain itu, Chrome juga digunakan untuk mengarahkan pengguna ke produk AI andalan Google, Gemini.
Namun, penjualan Chrome berpotensi mengubah strategi bisnis ini. Analis Mandeep Singh memperkirakan nilai Chrome mencapai $15-$20 miliar, tergantung pada kemampuan pembeli untuk mengintegrasikan peramban ini dengan layanan lainnya.
Respon Google
Google mengkritik langkah DoJ melalui pernyataan Lee-Anne Mulholland, Wakil Presiden Urusan Regulasi Google, yang menyebut proposal tersebut sebagai agenda radikal yang melampaui isu hukum. Dalam blog resminya, Google menegaskan bahwa penjualan Chrome dapat berdampak negatif pada inovasi dan kemungkinan mengubah model bisnis, termasuk membuat Chrome tidak lagi gratis.
Hakim sendiri telah menjadwalkan sidang selama dua minggu pada April 2025 untuk menentukan tindakan yang harus diambil Google guna memperbaiki perilaku ilegal tersebut. Keputusan akhir dijadwalkan pada Agustus 2025, dengan kemungkinan banding oleh Google ke Mahkamah Agung.
Jika Chrome dijual, dampaknya tidak hanya memengaruhi Google tetapi juga industri pencarian daring dan AI secara keseluruhan. Perubahan ini dapat menciptakan peluang baru bagi pesaing untuk bersaing dalam pasar yang lebih terbuka, meskipun dengan risiko bagi inovasi dan pengalaman pengguna.