Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda industri teknologi global. Kali ini, Google menjadi sorotan setelah memecat ratusan karyawan dari divisi Android, Chrome, dan Pixel. Keputusan ini diambil setelah perusahaan melakukan restrukturisasi internal dengan menggabungkan tim Android dan Chrome ke dalam grup Pixel and Devices di bawah pimpinan Rick Osterloh pada 2024.
Dalam pernyataan resminya, Google mengonfirmasi adanya "pengurangan pekerjaan" sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menjadi lebih gesit dan efisien. Meskipun tidak dijelaskan secara rinci tim mana saja yang terdampak, Google memastikan bahwa langkah ini tidak akan memengaruhi rencana produk yang telah disiapkan untuk tahun ini.
PHK kali ini bukanlah yang pertama bagi Google. Pada 2023 lalu, perusahaan induk Alphabet tersebut juga memangkas hampir 6 persen dari total tenaga kerjanya secara global. Kala itu, alasan yang disampaikan serupa: menyesuaikan skala operasional dan meningkatkan fokus ke area prioritas, termasuk kecerdasan buatan (AI).
Fenomena PHK massal di perusahaan teknologi memang tengah menjadi tren dalam dua tahun terakhir. Sejak awal 2023, nama-nama besar seperti Meta, Microsoft, Amazon, hingga Spotify, satu per satu melakukan pengurangan tenaga kerja akibat berbagai alasan, mulai dari ketatnya persaingan pasar hingga perubahan strategi bisnis yang kini lebih mengutamakan pengembangan AI dan efisiensi biaya operasional.
Google sendiri sejak setahun terakhir berupaya memperkuat ekosistem terintegrasi antara perangkat keras dan perangkat lunaknya. Fokus utama diarahkan ke pengembangan AI yang diintegrasikan dalam lini produk Pixel, Android, Chrome, hingga layanan cloud. Langkah merger tim Android, Chrome, dan Pixel dinilai sebagai bagian dari strategi tersebut, meski harus berimbas pada pengurangan tenaga kerja.
Menariknya, di saat yang sama, Google juga dikabarkan rela membayar gaji penuh setahun kepada staf AI-nya meskipun tanpa tugas kerja. Langkah ini disebut sebagai strategi untuk mencegah talenta AI mereka berpindah ke perusahaan pesaing, seperti Apple yang saat ini juga tengah agresif mengembangkan Siri dan Apple Intelligence.
Kondisi ini mencerminkan dinamika industri teknologi yang semakin kompetitif, di mana perusahaan harus menyeimbangkan antara efisiensi biaya, inovasi, dan mempertahankan talenta di tengah revolusi AI yang kian cepat.