Di tengah ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China beberapa waktu lalu, Presiden AS Donald Trump mendorong perusahaan-perusahaan besar, termasuk Apple, untuk memindahkan proses manufaktur mereka ke tanah air.
Salah satu caranya adalah dengan memberlakukan tarif impor tinggi terhadap produk dari China, termasuk untuk perangkat iPhone.
Trump sempat mengusulkan tarif hingga 145% untuk barang impor dari China, negara di mana sekitar 90-95% iPhone diproduksi. Mengingat iPhone menyumbang lebih dari 55% total penjualan perangkat keras Apple, tekanan ini langsung berdampak pada harga saham perusahaan. Namun, memindahkan produksi iPhone ke AS bukan perkara mudah.
Menurut analis Apple dari Bloomberg, Mark Gurman, salah satu hambatan utama adalah kurangnya tenaga kerja terampil di AS, khususnya di bidang manufaktur presisi. Di China, jutaan pekerja terlatih tersedia untuk mengoperasikan mesin-mesin khusus dan merakit komponen iPhone, sebagian besar masih dilakukan secara manual.
Mantan insinyur manufaktur Apple, Matthew Moore, bahkan menyebut bahwa sebuah kota di AS harus “berhenti melakukan segala hal dan hanya memproduksi iPhone” agar bisa menyamai kapasitas produksi di China. Selain itu, dukungan insinyur di berbagai bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) di AS saat ini masih jauh dari cukup untuk membangun ekosistem manufaktur sekompleks milik Apple di China.
CEO Apple Tim Cook pernah mengatakan bahwa keunggulan China bukan lagi soal upah murah, melainkan soal ketersediaan tenaga kerja terampil dalam jumlah besar. Cook bahkan menyebut bahwa jika semua insinyur tooling terbaik di China dikumpulkan, bisa memenuhi beberapa stadion, sementara di AS mungkin tak cukup memenuhi sebuah aula.
Meski begitu, Apple tetap berkomitmen meningkatkan investasi di AS. Perusahaan telah menggelontorkan dana hingga $500 miliar untuk membangun fasilitas server di Houston, pusat pelatihan pemasok di Michigan, serta memperluas kerja sama dengan pemasok lokal. Meski memindahkan produksi iPhone sepenuhnya masih jauh dari jangkauan, Apple setidaknya mulai mengurangi ketergantungan penuh terhadap manufaktur di luar negeri.