Di tengah memanasnya perang tarif antara Amerika Serikat dan China, Beijing kembali mengambil langkah strategis untuk memperkuat rantai pasok semikonduktor domestiknya. Melalui asosiasi industri semikonduktor nasionalnya, China Semiconductor Industry Association (CSIA), pemerintah China merilis kebijakan baru yang membebaskan tarif impor hingga 125 persen untuk chip yang berasal dari Taiwan.
Kebijakan ini diumumkan lewat pemberitahuan resmi yang beredar di media lokal. Dalam aturan tersebut, China akan menentukan country of origin untuk produk semikonduktor, khususnya untuk chip yang masih dalam bentuk packaged maupun unpackaged.
Dengan kebijakan ini, perusahaan-perusahaan yang mengandalkan chip dari luar AS, terutama dari Taiwan, akan terbebas dari potensi tarif tinggi yang sebelumnya mengancam.
Langkah ini dinilai sebagai upaya China untuk mempertahankan dominasinya dalam rantai pasok global sekaligus menarik produsen chip tetap beroperasi di dalam negeri. Raksasa teknologi seperti Nvidia, AMD, hingga Apple selama ini memang mengandalkan Taiwan, khususnya TSMC, sebagai pemasok utama chip mereka.
Dengan pembebasan tarif ini, mereka diperkirakan dapat mengurangi risiko ketidakpastian akibat perang dagang yang terus memanas.
Di sisi lain, kebijakan ini juga akan menekan peran perusahaan chip asal Amerika Serikat seperti Intel dan GlobalFoundries dalam perdagangan global. Pasalnya, perusahaan China yang sebelumnya bergantung pada chip buatan AS kini mungkin harus mengevaluasi ulang rantai pasoknya demi menghindari beban tarif.
Langkah agresif China ini menjadi bagian dari persaingan dagang yang terus meningkat, di mana kedua negara saling menekan lewat regulasi perdagangan strategis, khususnya di sektor semikonduktor yang menjadi komoditas vital dalam persaingan teknologi global.
Tampaknya, perang dagang yang dilancarkan AS ke seluruh dunia, khususnya ke arah China, Taiwan lah yang diuntungkan.