Menurut laporan terbaru dari Stocklytics.com, kejahatan siber menyebabkan kerugian ekonomi global sebesar $1 triliun (sekitar Rp16.365 triliun) pada 2024. Uniknya, Amerika Serikat mengalami kerugian finansial paling signifikan dibanding negara lain. Meskipun kesadaran dan langkah-langkah keamanan siber semakin meningkat, para pelaku kejahatan terus mengembangkan teknik mereka. Mereka kini memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), teknologi deepfake, serta rekayasa sosial tingkat tinggi untuk menipu korban dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dewan Hubungan Luar Negeri (Council on Foreign Relations) melaporkan bahwa sindikat kriminal, terutama yang berbasis di Tiongkok, telah mendirikan pusat kejahatan siber di seluruh Asia Tenggara. Mereka terlibat dalam perjudian online ilegal dan operasi penipuan keuangan. Salah satu skema paling umum adalah "pig butchering," yang menggabungkan penipuan asmara dengan investasi kripto. Laporan Chainalysis menyebutkan bahwa skema ini ...